Puisi (2): Buku Kenangan

Buku Kenagan
(Farakh Khoirotun Nasida)

Buku bersampul biru tua,
Bagaimana kabarmu?
Ingatkah kamu kala kamu pernah memaksaku untuk berucap selamat tinggal?
Ingatkah kamu saat aku tersenyum simpul dan berterimakasih padamu?

Buku bersampul biru tua,
Maafkan aku
Kemarin aku menangis dan enggan berucap selamat tinggal padamu
Kemarin aku memelukmu dan membawamu dalam mimpiku

Buku bersampul biru tua,
Taukah kamu?
Kamu terlalu indah untuk kugores di halaman terakhirmu
Kamu terlalu indah untuk kuakhiri

Buku bersampul biru tua,
Ingatkah kamu pada tinta emas yang senantiasa kugoreskan padamu?
Ingatkah kamu ketika orangtuaku memandangmu dengan penuh kebanggaan?
Ingatkah kamu pada orang-orang yang selalu berharap memilikimu?

Buku bersampul biru tua,
Terimakasih untuk semua kenangan kita
Terimakasih atas kebahagian tiada tara
Terimakasih untuk tiga tahun kita

Buku bersampul biru tua,
Kini aku sadar
Kamu sudah sampai pada halaman terakhir
Kamu terlalu muda untuk terus membayangiku

Buku bersampul biru tua,
Taukah kamu?
Kini Tuhan memberikanku kado yang lebih indah
Sebuah buku bersampul abu-abu!

Buku bersampul biru tua,
Aku berjanji
Tinta emas itu nantinya akan kugoreskan lagi
Aku akan menggoreskannya dengan hati-hati agar menjadi lebih indah darimu

Buku bersampul biru tua,
Berjanjilah
Kamu akan menjadi kenangan indah yang abadi
Bisikkan pada buku bersampul abu-abu:
“Kau akan menjadi lebih baik dariku.”

18 Oktober 2013

17:34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN YANG DIDALANGI PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Review: Kepunan - Benny Arnas

Puisi (10): Refleksi Diri