Puisi (4): Pena dan Sajaknya

Pena dan Sajaknya
Oleh Farakh Khoirotun Nasida

Maaf karena pagi ini aku kembali bermetafora
Menggoreskan pena yang telah lama enggan menulis kata cinta
Pena yang segan menuliskan bahagia dan enggan menuntaskan luka
Ia sudah terlalu lelah menggoreskan sajak yang tak pernah sempat kau baca

Aku terdiam di antara remang cahaya
Tenggelam dalam gelap oleh katupan mata dalam kelopaknya
Dalam hening akhir sepertiga malam, pagi buta
Membenamkan sujud kepada Sang Pencipta

Maka aku mengambil jeda di antaranya dan takhiyatku
Lantas hatiku mulai berbicara
Meminta kepada Yang Maha Membolak-balikkan Hati untuk melindungimu
Juga aku yang rapuh oleh luka darimu

Pena ini mulai menggores oleh gemetar jemariku
Tinta hitam tegas itu melukiskan bait-bait mewakili kalbu
Kepada siapa sajak-sajak ini kemudian bermuara, Cintaku?

Kepada dasar matamu atau mungkin berhenti di sudut mataku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN YANG DIDALANGI PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

Review: Kepunan - Benny Arnas

Puisi (10): Refleksi Diri